Thursday, 14 April 2016

Homesick

source: here
Dear, people from home,
I don't know how to find my way back
No letter
No postcard
No address I could reach
I am lost
Unwanted inside


Thursday, 7 January 2016

berjalan di belakangmu

berjalan di belakangmu,
memberiku banyak waktu untuk memilih-milih mana kenangan yang patut diingat
dan mana yang sebaiknya dilupakan.
sungguh,
tak ada pertemuan yang abadi.
hanya kita, yang mencoba untuk membuatnya bertahan sedikit lebih lama.
cepat atau lambat
kau atau aku
siapapun yang memulai
akhirnya berakhir dengan selamat tinggal.
berjalan di belakangmu,
memberiku banyak waktu menghitung hari yang terlewat, pun hari yang tersisa.
begitu singkat waktu bersama,
begitu cepat untuk berpisah.
ada banyak hal yang ingin kukatakan, namun tersendat dan tak sempat terucap.
atau, bahkan takut untuk diucapkan.
berjalan di belakangmu, membuatku mengerti, betapa kita
kau-aku, dan tempat-tempat yang telah dan belum pernah kusinggahi,
tak ada yang abadi.

Sunday, 27 December 2015

Ubud, I'm Grateful

Saya tidak pernah pergi terlalu jauh dari rumah. Rumah, tempat orang-orang yang saya sayangi, keluarga. Terakhir kali berjauhan itu saat saya berkuliah, keluarga di Jakarta, dan saya di Bandung ( itu pun ngga jauh-jauh amat ya.. hehe) dan selalu, saya usahakan paling tidak satu bulan sekali untuk pulang ke Jakarta.
November yang lalu, Saya menerima pekerjaan dan berhijrah ke Ubud. Kota tempat Aulia saat ia bimbang dengan pernikahannya dan bertemu dengan Ketut Liyer yang famous itu. “Kamu yakin mau pindah ke Ubud? Jauh, loh, ngga kayak Bandung-Jakarta.” “Kamu, kan, ngga bisa bawa motor. Di Bali susah kalau ngga bisa bawa kendaraan.” Beragam pertanyaan dan keraguan membuntuti saya kala itu. Iya, bagaimana nanti saya di sana? Bagaimana nanti kalau Ubud tidak se”menenang”kan seperti yang orang-orang bilang. Bagaimana nanti kalau saya tidak betah, sementara pekerjaan yang lama sudah saya tinggalkan.

LinkWithin